24.5.11

secuplik kisah lapangan tenis

malam tadi adalah pertama kalinya saya menonton sebuah pertandingan tenis secara seksama. dialah John Isner dan Rafael Nadal dalam French Open yang membuat saya menatap layar televisi selama hampir satu jam dengan khusyuk.

sebetulnya saya terjebak. saya sedang berada di rumah mas jalang sejak lewat maghrib tadi, awalnya tak ada orang di rumah, anggota keluarga yang lain sedang pergi. sekitar pukul delapan, rumah sudah ramai. ramai celotehan Cuplitos yang berlari kesana kemari dan mengobrol bersama kulkas. ramai kakak-kakak mas jalang yang sedang berbincang, dan lainnya. saya sendiri? ramai di ruang makan bersama mas jalang menghabiskan sepiring bihun goreng sambil takjub melihat tingkah Cuplitos bak setrikaan.

setelah selesai makan, saya kembali ke ruang tengah dan duduk sambil melihat-lihat katalog Tupperware. dan ternyata si bapak sedang menonton tv. selesai melihat katalog, saya ikut hanyut dalam tontonan bapak, yakni pertandingan tenis favoritnya.

saya yang biasanya hanya menonton pertandingan sepak bola yang dimainkan Manchester United atau badminton oleh Taufik Hidayat saat pesta olah raga tempo lalu, kini saya larut dalam permainan dua pria yang sedang 'perang' menyabet si bola hijau itu.

John Isner asal Amerika Serikat membuat saya terkagum dengan postur tubuhnya yang tinggi menjulang mengerikan bak anak raksasa. bro dua meter lebih bro, kalau saya pacarnya saya pasti minta gendong a la koala setiap hari. juga si Rafael Nadal pria yang masuk dalam jajaran pemain tenis profesional dunia asal Spanyol dibawah Djokovic.

dalam diam dan kebengongan saya yang sedang mengidentifikasi yang mana yang NAD yang mana yang ISN pada kolom poin, sesekali bapak menanyai saya. 'kamu sudah makan belum?' 'oh, sudah tadi,' jawab saya. lalu diam lagi menikmati pertandingan. sejenak kembali mengagetkan lagi, 'kamu biasa pulang lewat mana?' saya kaget dan menjawab pertanyaannya sedanya, 'lewat situ.. (sambil menunjuk jalan didepan rumah)' (plak!) 'lewat selokan Mataram,' tambah mas jalang.

saya masih khusyuk melihat pertandingan tersebut sampaaaiiiiii.. Cuplitos keluar dari kamar dan mulai bertingkah. jelas fokus kami bertiga kemudian terganggu. satu sisi saya pengen nonton itu tenes, satu sisi saya pengen gigit Cuplitos karena dia terlalu menggemaskan bila dilepas begitu saja.

sesekali mas jalang membacakan beberapa tweet yang cukup mengganggu dari kawannya. contoh spesies ibukota tanggung yang labil, yang kabarnya ingin membakar Norwegian Wood milik Murakami dan dua buku Wilde lainnya bila tak ada yang mau buku tersebut. WTH with this girl? beli beli buku sendiri, mau lo beli di Aksara, Kinokuniya atau Times Square sekalian, trus mau dibakar kek mau dikasih orang kek, penting ya dikasih tau ke orang-orang? ga sekalian bikin iklan baris?

dan acara menonton French Open bertahan sampai sekitar pukul sembilan lebih sepuluh menit. bapak undur diri, ngantuk katanya. mas jalang mengakuisisi remote. mengganti-ganti channel, mulai dari NatGeo, sampai ke TLC, juga dengan Cuplitos diantara kami makan Pocky strawberry.

entah siapa yang akhirnya menang, Nadal atau Isner, tapi Isner cukup menggila sehingga terlihat lawannya kewalahan. dan entah akan diapakan itu buku Murakami dan Wilde milik wanita labil cari perhatian itu, mau dibakar atau dihibahkan.

setengah jam kemudian saya pamit pulang. setelah berpamitan dengan seisi rumah, saya diantar mas jalang dan Cuplitos dalam gendongannya sampai pagar.


selamat malam.






playlist: suara kipas angin
kostum: kaos putih dan celana Eeyore
cemilan: kagak ada

No comments:

Post a Comment