26.4.10

ALERGI

Sepulang ‘liburan’ dari Magelang kemarin saya membawa oleh-oleh, yaitu banyak bentolan di kaki, tangan dan beberapa bagian tubuh lainnya. Gatal. Dan sedikit panas dan MENYEBALKAN. Saya pikir ini pasti bukan gatal biasa, kecurigaan mengarah pada alergi.

Maka, mulailah saya membuat hipotesa sementara penyebab alergi ini. Saya mempunyai 4 dugaan, yaitu:

a. 4 Kucing milik Adis yang agaknya menyukai saya,
b. salah makan,
c. kamar yang kotor, dan
d. cuaca pagi Magelang yang dingin.

Kemudian satu persatu saya petakan kembali, menjadi seperti ini.

a. 4 Kucing Adis yang agaknya menyukai saya, dugaan ini muncul begitu saja karena kucing-kucing itu tidak pernah jauh dari Adis, dan begitupun saya. 2 hari itu kami bermain dengan 3 anak kucing dan ibu kucing. Bahkan salah satu kucing pun menaiki pundak saya ketika saya sedang duduk. Dan saat menjelang tidur, kami pun (hampir) tidur bersama kucing-kucing itu, karena kemudian aku sedikit mengiba dengan mengatakan, ‘No Cats for tonight’. Masalahnya kucing-kucing itu tidak terlihat begitu sehat, maka saya boleh khawatir.
b. salah makan, saya kira kemungkinan ini hampir mustahil. Mengingat makanan saya disana adalah makanan yang jauh dari sesuatu yang dapat menimbulkan alergi. Disana saya makan bakso tulang, mi tulang, lotek, gorengan dahsyat, tahu petis, sup buah dan kupat tahu yang amat legendaries. Yang berpotensi diantara makanan-makanan tersebut hanyalah tahu petis, dimana sambal petis (yang rasanya berantakan) itu terbuat dari udang.
c. kamar yang kotor, hal ini juga memungkinkan sekali. Bahkan adik Adis pun bertanya pada Adis, ‘Eh Mbak, kamu sama temenmu nggak gatelen po tidur di kamar itu?’, Adis pun menjawab ‘tidak’ dengan tegas. Ya, memang waktu itu kupikir hanya gatal biasa, karena frekuensi saya menggaruk masih sedikit.
d. cuaca pagi Magelang yang dingin, kemungkinan ini sangatlah kecil. Seingat saya, saya tidak pernah punya masalah dengan dingin. Saya pernah melalui malam terdingin dalam tahun 2007 dengan baik-baik saja, padahal saya camping di luar.

Kesimpulan terkuat sementara jatuh pada option a dan c.

Sehari setelah dari Magelang, saya semakin khawatir karena gatal itu tidak juga hilang. Maka saya datang ke salah satu dokter di daerah dekat Alun-alun sana. Dokter ini langganan teman dekat saya, beliau adalah salah satu dokter WHO yang sudah veteran. Benar kiranya, ketika saya masuk ruang praktik dan bertemu pak dokter (yang kata teman saya sudah berusia 77 tahun) itu, dia tampak sangat cool di usianya.

Pak Dokter Cool (PDC): sakit apa?
Saya: ini pak, gatel..
PDC: gatel-gatel dimana?
S: ini di kaki, tangan, dan sedikit di punggung.
PDC: bisa lihat yang di kaki?
S: (mengangkat kaki keatas kursi)
PDC: wah.. banyak sekali. Kamu kena alergi. Coba lihat yang di tangan..
S: di lengan atas pak (saat itu saya memakai kaos dan sweater oren yang membuat saya terlihat lebih sulit bergerak)
PDC: oh yasudah. Ini Alerginya harus dihentikan dulu, jadi kamu nggak boleh makan udang, bandeng, dan ikan-ikan lainnya dulu ya..
S: iya, ini penyebabnya apa ya dok?
PDC: ya bisa karena salah makanan, minuman, udara..
S: kalau binatang peliharaan?
PDC: ya, bisa.. (sambil sedikit kebingungan) memangnya kenapa?
S: (jadilah saya bercerita soal keadaan ketika di Magelang)
PDC: oh begitu, ya.. ini blabalba (menjelaskan obat-obatan yang harus saya makan) semuanya blabalabala..
C: ya, makasih ya dok..
PDC: iya..

Kemudian saya keluar dari tempat dokter. Mencari makan malam, lalu pulang. Alergi oh alergi.

Terimakasih Al! Dan PDC!

PEMERIKSAAN SIM DAN STNK

Sebagai pengemudi yang baik, ada baiknya kita melengkapi surat-surat yang dibutuhkan untuk menjadi ‘sah’ berkendaraan. Sebut saja STNK atau kepanjangan dari Surat Tanda Nomor Kendaraan dan SIM atau Surat Ijin Mengemudi. Tapi kalau dilihat lagi, secara fisik STNK dan SIM itu tidak berbentuk surat, STNK sendiri terbuat dari kertas berbentuk persegi panjang berisi keterangan kendaraan dan kemudian dibungkus plastik, tidaklah bisa disebut surat, sedangkan SIM apalagi, dia terbuat dari kartu licin berukuran sekitar 6x5cm berisi data diri dan foto, juga tanda tangan kita, eh cap jempol juga ada deng. Sudah seharusnya SIM ini berganti nama menjadi KIM atau kepanjangan dari Kartu Ijin Mengemudi, dan bukannya SIM. Begitupula STNK, mungkin bisa diganti dengan LTNK atau Lampiran Tanda Nomor Kendaraan.

Sejak bisa menyetir sepeda motor secara ‘mahir’, yaitu sekitar tahun 2008, saya belum memiliki kartu yang disebut SIM tersebut. Maka tidaklah aneh jika saya langganan ‘nyetor’ polisi, baik dikala ada jadwal pemeriksaan ataupun karena terkadang saya menyetir dengan ‘ajaib’. Teman-teman disekitar saya pun agaknya aneh ketika saya belum memiliki SIM ketika usia saya hampir 18 tahun kala itu. Setiap liburan semester, orangtua saya selalu menyuruh pulang, selain untuk bisa ‘mengangen-ngangeni’ saya, alasan lainnya adalah: ayo buat SIM sana!. Sebenarnya, banyak alasan mengapa saya tidak kunjung memiliki SIM, alasan pertama adalah, saya baru bisa menyetir dengan baik setelah sepeda motor itu dianggurin 1 tahun dan baru saya (BERANI) pakai setelah ada insiden menggertak copet yang ketauan merogoh tas saya ketika di bis, alasan kedua adalah MEMBUAT SIM SECARA JUJUR ITU DIPERSULIT, dan alasan ketiga, saya akan durhaka bila meminta mobil.

Sampai pada suatu waktu, sekitar awal tahun 2010, saya kembali ke rumah orangtua saya, dengan tujuan: MEMBUAT SIM. Kata ibu saya yaa.. bisa dimudahkan begitu mbikinnya. Dan, TA-DA! Akhirnya, setelah penantian bertahun-tahun lamanya, saya memiliki kartu yang dapat menambah penuh dompet saya (tapi duitnya enggak).

Hampir empat bulan ini saya bebas berkeliaran dijalan (kadang tanpa bra dan celana dalam), menunggangi si Fabian (motor saya yang chubby dan namanya terdengar ‘so gay’), tapi empat bulan ini juga saya nggak pernah di razia. Dengan sengaja saya sering berkeliaran dijalan hanya untuk dirazia, tapi.. ketika ada razia selalu bukan saya yang menyetir, tapi teman saya. Maka, rencana saya pamer SIM baru pun terhalang. Sampai hari ini, sepulangnya saya dari arah selatan melewati daerah Kotabaru, dimana daerah stadion situ sering ada razia. Dan BENAR! Ada razia! Kontan saya girang bukan main. Tapi sayangnya, untuk mau dirazia, saya harus putar balik arah selatan lagi. Karena saya harus berpikir logis dan menghemat waktu untuk bertemu dengan orang lagi, maka saya mengurungkan niat saya untuk putar balik. Tapi saya sempat teriak: PAAAAAAAAAAAKKKK!! RAZIA SAYA DOOOOOOOOONG!!!

21.4.10

enaknya jadi mahasiswa: buku catatan I

biarpun teknologi sudah maju, kita yang dimanjakan dengan ini-itu, digital apalah inilah, tetep aja menggunakan sesuatu dengan cara kuno selalu punya daya tarik tersendiri. salah satunya ialah mempunyai buku catatan untuk mencatat dikala kuliah.

saya, bukan tipikal yang memiliki buku catatan dengan sampul lucu-lucu, ataupun kertas warna-warni dan berbau harum. saya lebih enjoy menulis di notes gratisan deodoran, notes gratisan beli susu, dan belakangan waktu di magelang, saya beli notes polos berukuran sekitar 10x8cm yang cukup tebal dengan harga seribu perak.

mengapa oh mengapa, boleh ditelisik, ternyata notes-notes milik saya ini bukan berguna untuk catatan kuliah, memang, awalnya untuk itu, namun seiring berjalannya waktu di dalam kelas, oh ternyata saya nggak bisa menulis! maka inilah yang terjadi:







yaaaa.. gambar semua jadinya, kalaupun tulisan isinya beginian:





YA! KAMUS BAHASA SUNDA SINGKAT!

mungkin saat itu saya lagi nggak tertarik dengan penjelasan dosen, bukannya nggak mau belajar, dan saya juga nggak mau menyia-nyiakan waktu saya di dalam kelas untuk nggak dapet apa-apa, maka saya harus tetap belajar, walaupun itu belajar bahasa sunda.

makasih Asep!

antara saya dan Prambors

suatu siang yang lumayan asik, saya sedang bersiap menuju Magelang. dalam rencana liburan (di) tengah ujian tengah semester. tiba-tiba satu sms menghampiri handphone saya, itu dari Kaka, kerabat saya di Surabaya isinya begini:

Kaka (K): Cha aku senang skali hari iniiiii

Saya (S): emangnya ada apa?

K: Diterima kerja!!!! Biar ga minta2 duit ortu lagi. Hahahaha

S: Woooowww! Congrats kaaa! Kerjo nandi kw? (kerja dimana kamu?)

K: Di Prambors Surabayaaaaaaaaaaaaaaa!!! houraaaayyyy!!!!

S: dadi opo? oh lagi2 Prambors.. -..-''

K: Produser. gpp lha, napa sih dengan Prambors???

S: Gini sayang.. pacarnya w**** tu penyiar prambors semarang, trus mantannya a**, juga di prambors jakarta. Dan sekarang kamu.. what the..

K: Kamu ditakdirkan hidup disekitar orang2 prambors. prambors bikin hidup lebih hidup

S: Yaiikkkkkzzzzzzzzzzzzz.. Motto apa itu kok mirip losta masta .. Woah, whatever it is, im proud of yu, dear. Congrats.

K: Iyooooo.. tapi ini berarti jaah liburan ora enek nasibku bergantung dari cutiiii.. oohhh..

S: HAHAHA mamam tuh! yo ora opo opolah.. produser ng kno ki kerjane opo ka? (disana produser kerjaannya ngapain?)

K: kerjane yo nyapu-nyapu, lap lap, tur nggawe kopi lan teh, sip to?

S: tenanan sip! hahahahaasu. aku takok serius. (beneran oke banget! aku tanya serius)

K: Tumben seriussss.. jadi begini dek ocha, jobdesk saya itu preparation blablabalablaaaa.. (sms saya cut karena panjang)

S: Widihh.. entar gua beli prambors jd pemilik baru dan mengganti namanya jadi framboz(en). ben legi. (biar manis)

K: Ma Ta Mu!!!! hahahahahhahahhaha ahh planning ke jogja ku besok masih tanda tanya donkk

S: Bodok. Prambors telah membuat uripku pait. hahahahh yoweslah, kapan mulai kerjo?

K: Mulai besok.. katanya sih perkenalan dulu, tapi yo podo ae.. blablalbala......secara kan gue eksis geelaaaaa.. hahaha

S: CIeialaahahahha.. eksis geelaaa.. gua juga ah cari eksis..

K: hahaha,, iya dong. (kata-kata sok bijak khas kaka)... Duit ditabung buat beli rumah di paris

S: Prekk. ka, siji pesenkuu.. nek ngko ono sesi wawancara karo IGA MASSARDI bilang salam yo dari aku. muah muah.. Ich Liebe Dich, Iga..

K: Kok nyimuuttt.. tak gagahin dulu si iga nya

S: SIALAAAAN!


(lama kemudian)

K: Cha tambah lagi. Mantannya mang u*** orang prambors bandung. suwe suwe kamu terhubung sm semua orang di prambors 8 kota.

S: FAAAKKKKK!!!!

(PERBINCANGAN TENTANG PRAMBORS SELESAI, HARI ITU.)