sekitar 2-3 bulan ini, saya sering sekali mendapat teror. mulai dari teror via telepon, via sms, ataupun via jejaring sosial. yang namanya teror sudah pasti meresahkan. membuat pikiran tak tenang, hati dag-dig-dug, dan kalau keluar rumah pake motor pengennya pake helm (iyalah, biar nggak ditilang).
teror yang mampir pada saya misalnya adalah teror telepon salah sambung yang amat sering frekuensinya, teror sms menawarkan jasa wedding organizer, teror apalah inilah itulah. namun belakangan saya seringkali mendapat teror bertema olah raga.
teror ini dimulai ketika suatu hari saya nge-tweet bahwa saya tidak bisa berenang. langsung saja beberapa orang menanggapi. sampai ada yang amat getol ingin mengajari saya berenang *lirik mbak Pulung*. terus terang saja hal ini membuat saya kepikiran.
tiap mau tidur saya memikirkan swimsuit yang pas bagi bodi saya. tiap mau minum, rasanya jadi berbau kaporit. tiap mau makan rasanya saya pengen selalu makan ikan. yak, belakangan hidup saya diteror oleh kegiatan yang dinamakan olah raga tersebut. belum lagi fisioterapis saya bilang bahwa otot-otot tubuh saya sangat kendur. hal ini berarti saya tidak pernah berolahraga atau kurang gerak. :|
jujur, memang sejak saya pindah ke Yogyakarta saya jadi juaraaang berolahraga. terhitung selama hampir empat tahun di kota ini saya baru pernah melaksanakan olah raga berupa jogging sekitar 2 atau 3 kali saja. tapi kalau jalan kaki dihitung sebagai olah raga, maka saya mau mendaftar ASIAN GAMES untuk kategori atletik kelas bulu. bulu ketek burung beo.
bukannya ingin membela diri tapi memang saya tidak pernah ikut latihan bela diri, sewaktu saya sekolah di SD, SMP, SMA dulu saya rutin sekali berolahraga, terlepas dari pelajaran penjaskes di setiap minggunya. berikut adalah daftar lima macam olah raga yang paling sering dilakukan selama hidup saya:
1. Bersepeda
berbicara tentang sepeda, berarti membuka ingatan saya pada got-got yang pernah saya cemplungi ketika belum benar-benar bisa mengendarai sepeda. sepeda yang pertama kali saya punya beli di Surabaya seharga 25.000 rupiah saja, pemberian dari orang tua pastinya. harga pada zaman itu, jika dikonversikan masa sekarang mungkin setara dengan 250.000-350.000. dibeli dengan gaji ayahku. aku minta sepeda, tapi mereka belum punya uang, akhirnya aku dibelikan game boy. tapi karena saya banyak minta, akhirnya mereka tetap memberikan sepeda untuk saya. jadi saya bisa naik sepeda sambil main game boy. kalau dipikir-pikir, sedih juga, waktu itu gaji mereka juga pasti belum seberapa, dan harus menuruti permintaan anaknya yang ngehe ini. setelah berganti sepeda sekitar dua atau tiga kali, akhirnya saya tidak pernah main sepeda lagi. dan sepeda menjadi barang obsesi saya selama 3 tahun terakhir, belum pernah terbeli sampai sekarang.
2. Lari
entah mengapa saya suka sekali berlari, selain berlari dari kenyataan pastinya. saya pernah mencatat waktu termasuk sebagai yang tercepat saat tes lari di SMA. waktu itu saya lari tanpa sepatu. kaki lebih enteng dan lebih mudah mencari pijakan untuk melangkah lebih jauh. tapi tentunya setelah itu kakimu luka-luka, minimal tergores lantai karena tekanan tubuh dan lantai yang dipijak (ini fisika amat sih bahasanya?). tapi memang berlari tanpa sepatu itu lebih asik. seperti bercinta tanpa pengaman *eh?*. selain di sekolah, saya rutin lari-lari bersama ibu atau ayah saya di taman kota. namanya Taman Kota BSD, disana pasti ramai pada pagi dan sore hari. parkiran mobil dan motor sampai penuh di sepanjang jalan taman kota tersebut. betapapun itu sebenarnya mengungkapkan bahwa sadar atau tidak sadar, orang 'kota' yang hidup modern diantara bilik-bilik gedung bertingkat itu rindu akan sesuatu yang alami. entah mereka memang rindu alam atau entah mereka mau ngeceng aja disana. persetan. fyi, taman kota ini juga sering lho digunakan para adik-adik SMP-SMA yang lagi bolos sekolah dan berpacaran. :D
3. Sepakbola
kecanduan saya terhadap sepakbola bermula dari kliping tebal tentang David Beckham yang saya buat. ditambah dengan sahabat perempuan saya yang juga tergila-gila dengan sepak bola. pada SMP, beberapa orang memanggil saya Tsubasa. sebagaimana yang diketahui bahwa Tsubasa merupakan salah satu karakter kartun Jepang yang digambarkan gape main bola. sebenarnya saat itu saya juga nggak jago-jago amat main bolanya. panggilan Tsubasa ini bermula dari potongan rambut saya yang pendek dan jigrak-jigrak belakangnya, sama kaya si Tsubasa. pada masa SMP saya memang sudah terkenal ganteng, sampai suatu hari ada dua adik kelas, KESEMUANYA WANITA, menunggu di depan kelas saya untuk kenalan. dan sepertinya ada desas-desus bahwa saya lesbian. karena memang saya nggak pernah punya pacar semasa SMP. tapi itu kan bukan berarti saya lesbian, tapi kan saya.. umm.. saya.. naksir sohib cowok saya tapi nggak berani bilang (ampe sekarang). setiap pelajaran olah raga, bola sepak selalu keluar dari kandangnya. saya main, ikutan grup cowok ataupun grup cewek. di grup cewek, saya jadi kapten dengan posisi gelandang kanan. bahkan sampai sekarang saya tidak tahu pasti apa itu fungsi gelandang kanan. yang penting saya bisa bal-bal an dan gol-gol an.
4. Bulu Tangkis
olah raga yang satu ini mulai saya lakukan sejak SD. ketika itu tiap bulan di sekolah kami diwajibkan untuk memilih antara bulu tangkis atau berenang di salah satu tempat berolahraga yang bergengsi di Tangerang. jelas saya ambil yang pertama, walaupun beberapa kali juga diwajibkan hanya untuk berenang saja. saya mendapatkan kategori bintang 4 untuk olah raga ini. saya menyukai bulu tangkis. setiap selo, saya dan di mbak, ataupun teman-teman berlatih bulu tangkis bersama di jalanan depan rumah saya pada sore hari. tak terhitung berapa banyak kok yang nyangkut diatas genteng tetangga, ataupun kok yang bulunya udah pada botak. bulu tangkis menjadi paporit saya ketika itu, tak hanya kok, raketnya pun saya sampai berganti tiga kali. karena sudah jebol, bengkok, dan tak berbentuk. belakangan saya sedang kangen melakukan olah raga ini lagi. tapi saya nggak punya raket dan kok. :(
5. Skate Board
yang terakhir adalah skate board. sebagai anak yang tumbuh dengan mendengar Green Day, Blink 182, Nirvana, The Vines, sampai band hc/punk dan kawan-kawannya. tidaklah aneh ketika saya memutuskan untuk bermain skate board saat akhir SMP. saat punk, post-punk, pop-punk, garage, atau apapun itu sedang naik daun, dibarengi pula dengan suburnya olah raga yang tergolong dalam extreme sport ini. video dokumenter mengenai BMX, skate board, surfing, selalu dengan backsound dari band-band diatas. kala itu mulai jugalah tren clothing yang mengajukan extreme sport sebagai ikonnya, sebutlah brand bernama quiksilver, rusty, roxy, dan lainnya. skate board menjadi olah raga yang stylish. tapi beruntungnya, saya tidak begitu mengikuti mode, karena banyak sekali kembaran-kembaran brand tersebut (baca KW 1 dan seterusnya), quiksilver punya quicksilver, celana pendek yang dijual di Dufan pun tipografinya meniru punya roxy, dan lainnya. sebagai olah raga ekstrim, tentunya saya pernah merasakan seberapa ekstrim olah raga ini. saya pernah mencabuti pecahan kaca yang masuk di kaki saya. meringis, tanpa nangis. kebodohan yang saya lakukan adalah berseluncur di dalam rumah tanpa sepatu kemudian menabrak rak buku dengan gelas diatasnya. gelas jatuh. pecahannya nujep kaki. ayah saya panik, saya nyantai nyabutin kaca. pertarungan bersama skate board selesai karena si papan terlindas mobil ayah. selesai. selesai.
sekian. itulah sedikit cerita antara hubungan saya dan olahraga. dan teror tentang renang yang belakangan menghantui saya.
Ya Tuhan, haruskah saya belajar renang? main UNO itu termasuk olah raga nggak sih?
playlist: suara kipas angin.
kostum: kaos abu-abu dan celana hijau army.
cemilan: ASTOR Wafer Stick
11.5.11
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
keren blognya kak
ReplyDeleteElever Media Indonesia