beberapa hari yang lalu saya baru sadar, kalau ternyata saya adalah orang yang aneh. *PLAK!* *KEMANA AJAAAA?*
bukan, bukan gitu, saya tau saya aneh, tapi aneh disini membahayakan. *HAH?*
saya memiliki kecenderungan untuk dapat dengan mudah melepaskan kebiasaan yang terus menerus saya lakukan. saya dapat secara tiba-tiba sekali tidak menyukai sesuatu hal yang pada awalnya amat saya sukai. nah lo. serem kan.
beberapa contoh kasus:
saat awal kuliah, saya selalu memesan minuman yang sama di kantin, Es Milo, si penjual sudah hafal benar. hal itu berlangsung hampir satu semester, sampai pada suatu hari, entah kenapa, saya tidak melakukan hal itu lagi. sampai si penjual bingung, kalau beli ketempatnya saya menolak ditawari Es Milo dan memilih menu lainnya.
ada satu ketika saya sangat sering meminjam film di rental. sampai pernah sekaligus meminjam belasan film sekaligus. hal ini tidak bertahan begitu lama, mungkin hanya beberapa bulan. setelah itu sampai sekarang saya tidak pernah meminjam suatu film pun.
atau saya pernah sangat sering sekali membeli suatu produk, apapun, sampai pada akhirnya saya benar-benar terputus dengan produk yang saya gunakan tersebut. dan lagi-lagi, tidak beralasan. tidak ada konflik. semisal saya complain terhadap produk tersebut atau bagaimana.
oke, kalau hal-hal diatas dapat dikatakan lumrah, atau biasa saja, bisa terjadi pada semua orang dengan tingkat kebosanan yang tinggi terhadap suatu penggunaan barang atau jasa. tapi masalahnya disini bahwa saya tidak bosan, saya hanya merasa tidak membutuhkan lagi. lalu bagaimana jika hal tersebut terjadi dalam sebuah hubungan sesama manusia?
misal, kamu begitu amat sangat sering berinteraksi dengan seseorang, sampai terasa tidak ada batas apapun diantara kalian. frekuensi bertemu, frekuensi berkomunikasi, frekuensi berkegiatan bersama sangatlah tinggi. sampai kalian benar-benar merasa 'nyaman' satu sama lain. tapi pada satu hari, ketika kamu bangun tidur, kamu menemukan bahwa tidak ada yang spesial dalam hubungan kalian.
semua flat. datar. tidak berasa.
semua rutinitas yang kalian lakukan setelah itu berubah menjadi sebuah paksaan, walau tidak ada satupun yang memaksa. semua hal yang kalian bicarakan terasa sudah pernah dibicarakan semua, sampai kamu merasa kehabisan topik bicara.
ya, saya pernah berada dalam hubungan seperti ini. tidak sekali. saya tidak mau menyebutkan berapa jumlah pastinya (yang memang tidak banyak). tapi jika saya bisa ingat itu, mungkin setelah menulis ini saya akan memiliki rasa bersalah Level 4 dan kemudian memilih menulis surat wasiat.
hal inilah yang membuat saya takut dalam membuat hubungan baru dengan orang. saya takut mereka kecewa. saya takut menjadi orang yang tidak pernah berhasil berhubungan dengan orang lain. saya takut setelah banyak hal yang saya buat bersama dengan orang lain, lagi-lagi saya dapat dengan mudah menghancurkan semuanya.
semuanya.
saya takut kemudian banyak orang yang berharap atau terlalu bergantung pada saya. karena itu..ya, saya dapat dengan mudah pergi dan mereka tidak dapat melakukan apa-apa kecuali mengutuki saya dan diri mereka sendiri. pada praktiknya, entah mengapa memang selalu banyak orang yang menaruh harap pada saya, untuk ini, untuk itu, untuk apa - apa, dan saya, saat saya bersama mereka, entah itu teman, sahabat, kekasih, atau apapun, saya memang berusaha sebaik dan sebisa mungkin memenuhi harapan mereka.
namun kemudian, harapan itu dipaksa berhenti di tengah jalan.
saya merasa ada yang salah, analoginya begini: ada satu rute yang tidak saya lewati ketika saya mencapai 'titik akhir'. misal saya berangkat dari A ke B lalu C, dari C saya bisa langsung berada pada titik F. maka, saya melewatkan rute D dan E.
jika dilihat dari rute yang saya lewati, kesimpulan pertama yang didapat adalah semua hal ini menjadi kesalahan saya. namun, ternyata masih ada rute yang terlewat yaitu D dan E, dimana rute yang terlewat ini adalah bagian dimana kita bisa tahu dengan jelas mengapa saya bisa berada di titik F.
rasanya tidak melewati rute D dan E bukanlah suatu masalah, namun justru itu yang menjadi masalah kemudian.
tapi disini saya juga tidak tahu mengapa saya tidak melewati rute tersebut. dan kemudian dengan kesadaran yang amat sangat sudah berada di garis finish. atau, sebenarnya saya memang melewati rute D dan E, tapi saya tidak sadar karena terlalu mabuk.
semoga saya tidak membuat banyak kesedihan bagi orang-orang yang sekarang saya kasihi. semoga.
haruskah saya menjadi kekasih yang hilang tanpa jejak seperti di foto ini? :D
(pic taken w/ Canon 400D)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment