Lucu kalau ingat bagaimana kita bisa bersama. Nggak kebayang. Sudah setengah bulan yang lalu aku merasakan kejut seterkejut-kejutnya ketika mendapati rumah idamanku hampir 3 tahun ini adalah tempatmu biasa tidur.
Masih ingat raut wajahku yang bingung ketika kau membuka pintu pagar rumahmu? Hahaha.
Dan tetap masih tidak percaya walau kemudian aku berkenalan dengan ibumu – yang kubilang mirip Yoko Ono.
Dan masih saja berucap ‘SERIUS??’ sepanjang perjalanan kita makan dan jalan-jalan.
A good trigger anyway.
Selama 2 minggu ini kita hampir sekali tidak pernah gagal menemukan makan malam yang enak. Dari kencan pertama kita, lalu berikutnya dan berikutnya. Aku ingat, satu bakso yang nggak nampol di suatu malam. Permintaan maafmu diterima.
Suatu hari aku berbelanja. Tiap tempat yang kudatangi seperti menyindirku.
Aku tau Armada (yang tanpa Racun) itu bapuk. Tapi cocik sekali dengan situasi kita saat itu.
'MAUUUU DIIBAWAAA KEMAAANAAAAA….?'
Bosok kan?
Well.. We’re stranger for each.
Beberapa kali aku melihatmu di gigs. Some of yours. Kamu jadi pokalis – cieeeh... Tapi belakangan juga liat kamu ambyar bareng yang nonton. Terakhir lihat kamu ke gig sendirian, sampai beberapa hari kemudian akhirnya kita ngobrol via dunia maya (misal: facebook, hahaha).
Tukeran YM.
Berlanjut ke nomer henpon.
Lalu makan malam.
Lalu..
Oh. And I never count on you as my lover someday.
9 Mei yang lalu, Shaddam, adikku yang terkecil ulang tahun ke 8. Aha! Kangen dia. Taurus kecil (kamu juga Taurus, kan?). Belum ada hadiah buat dia. Yang ada malah aku yang dapet hadiah duluan. Kita resmi pacaran. (ihiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.. :p)
‘Kayaknya kita harus pacaran deh.’
‘Ho’oh..’
‘Bentar, aku mau nembak kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?’
‘Mau, mas.’
All that I can see is I’m in love. And it’s clear.
Selamat semingguan, mas jalang. Semoga ke-lelet-anmu segera terobati.
(Playlist : Lover’s Spit – Broken Social Scene) Jangan protes!
17.5.10
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment